Makna Trilogi Nusa Putra untuk Generasi Millenials

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Agar gen Y bijak menyikapi perubahan dan perbedaan karena hidup dilandasi kasih sayang.

Trilogi Nusa Putra adalah Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang Tua, dan Cinta kepada Sesama Manusia. Setiap generasi tentu memiliki penafsiran berbeda mengenai cara dan memaknai kata ketiga cinta tersebut.

Generasi millenials, misalnya, adalah adalah generasi terbuka. Generasi millenials atau lazim disebut gen Y, tentunya memiliki penafsiran berbeda dengan generasi sebelumnya atau gen X dalam hal memaknai Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang Tua, dan Cinta kepada Sesama Manusia.

“Contoh perbedaan paling sederhana antara gen Y dan X adalah dalam hal memaknai Cinta kepada Tuhan. Bagi gen X, mencintai Tuhan, pada masanya, identik dengan ibadah ritual seperti shalat dan membaca ayat-ayat suci AlQuran,” jelas Rektor Universitas Nusa Putra Dr. Ir. H. Kurniawan, M.Si., MM., Senin (13/8/2018).

Dengan demikian, pola dalam mendidik generasi millenials tentu berbeda dengan cara orang tua mendidik gen X dulu. “Walaupun syarat dan tata cara beribdahnya tetap sama, tetapi jika dulu gen X hanya diajarkan tata cara ibdah ritual ansich, sedangkan sekarang kita bisa melihat dari Youtube bagaimana pemeluk Kristen Ortodok Syiria melakukan ibadah ritual mirip gerakan shalat umat Islam.

Selain itu, jika gen X ini banyak memahami sejarah dan kemungkinan akan kemunculan isu SARA seperti saat ini yang mengakibatkan perpecahan.

“Untuk itu yang harus kita lakukan adalah, pertama, dengan cara melaksanakan ibadah ritual sebagai bagian dari mencintai Tuhan itu sendiri. Contoh pola didik terhadap generasi X di atas adalah ibadah ritual yang dilakukan tanpa didasari Cinta kepada Tuhan, tetapi karena perasaan takut dosa dan masuk neraka,” jelasnya.

Kemudian kedua, bagaimana menjalin hubungn antara orang tua dengan anak dalam era millenial. Bagaimana mencintai orang tua sebagai bagain dari menjalankan perintah agama dan tradisi, di saat gen Y dihadapkan dengan kemajuan teknologi dan serbuan informasi yang masuk dari pelbagai penjuru.

“Contoh paling mutakhir adalah kasus Bowo yang populer karena aplikasi TikTok yang menuai bully-an dari banyak orang. Tindakan persekusi ini muncul karena adanya pola pendekatan berbeda, sementara tradisi sudah banyak berubah. Padahal, dengan pola pendekatan berbeda, cara mencintai sesama manusia juga akan berubah. Bagaimana cara membangun simpati dan empati kepada sesama manusia, bagaimana kita diituntut mampu menilai perbedaaan antara kesengajaan dengan spontanitas,” papar Kurniawan.

Sedangkan ketiga, berkat cinta kasih sesama dengan, saat generasi millenials membuka Youtube menyaksikan tradisi-tradisi masyarakat di belahan negara lain, sehingga akan menimbulkan gesekan-gesekan budaya.

“Dengan demikian,  di situlah peranan Trilogi Nusa Putra yakni, Cinta Kasih Ilahiyah, Orang Tua, dan Sesama itu harus dijaga. Agar generasi millenials tidak gagap, tidak kagetan, dan bijak menyikapi perubahan dan perbedaan karena hidup dilandasi kasih sayang.

Berita