Helm Cerdas Berbasis IoT Bisa Cegah Begal Motor, Karya Mahasiswa NPU Sukabumi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Kasus pencurian sepeda motor masih marak terjadi. Meskipun pabrikan kendaraan telah menyematkan fitur keamanan untuk menghindari pencurian, nyatanya maling berhasil membobol fitur keamanan tersebut.

Tak sekedar mencuri, banyak kasus pencurian yang disertai dengan kekerasan. Pelaku yang disebut begal ini nekat melukai bahkan menghilangkan nyawa pemilik kendaraan.

Dalam beberapa kasus, korban pembegalan ini ditemukan sudah sekian lama setelah kejadian. Hal itu terjadi karena korban tidak dapat memberitahukan kejadian yang menimpanya, atau bahkan korban sudah dalam keadaan tak bernyawa.

Kalau pun korban pencurian ditemukan, untuk menemukan kembali motor yang dicuri bukan perkara yang mudah.

Melihat kasus begal motor ini, tiga mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Informatika, Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi yang terdiri dari Opik Hidayat, Ayu Saraswati dan Zidni Ilman melakukan penelitian berjudul ‘Helm Cerdas untuk Keamanan Sepeda Motor Berbasis Internet of Thing (IoT).

Dari hasil penelitan ini, umumnya begal hanya mengambil motor dan meninggalkan helm yang dipakai korban. “Jadi dari penelitian ini kami buat dua alat, masing-masing kami tanam di helm dan motor,” kata Opik Hidayat, Selasa (17/9/2019).

Dengan kedua alat tersebut, setelah motor dibawa begal sejauh 500-1000 meter dari korban, akan ada SMS notification (pemberitahuan) kepada nomor-nomor yang didaftarkan, bisa keluarga atau teman. Isi SMS notification tersebut memberitahukan titik koordinat posisi korban. “Dan secara otomatis mesin motor yang dibawa begal akan mati,” terang Opik.

Zidni Ilman, menuturkan alat tersebut dibuat dari komponen-komponen yang dibeli secara online. Komponen utamanya terdiri dari Arduino uno sebagai otak program, transceiver NRF24L01 sebagai pemancar signal radio  di helm dan difoto, modul GSM Sim 800l sebagai pengirim notifikasi, modul GPS Neo 6mv2 untuk mengambil lokasi koordinat, dan relay untuk mengkorvesi listrik. “Biayanya sekitar Rp 350 ribu belum termasuk helm,” kata Zidni.

Selama melakukan penelitian dan membuat alat tersebut, mereka mengaku menemui kendala pada fungsi transmiter yang beberapa kali tidak terkoneksi. “Tapi sekarang sudah berfungsi, dan di tahap uji fungsional sudah berhasil,” ujar Zidni.

Untuk rencana pengembangan alat, mereka berencana ingin menambah fitur alatnya. “Supaya bisa tracking GPS secara online, bisa pake aplikasi, dan mematikan motornya bisa pakai perintah, sejauh ini alat ini baru untuk kebutuhan penelitian saja,” ujar Ayu Saraswati.

Berita