Dukung Ekspor Buah Pinang, Mahasiswa Universitas Nusa Putra Buat Alat Uji Monitoring Pengeringan Buah Pinang

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor buah Pinang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspornya dari tahun 2005 s.d tahun 2015 ke 11 negara tujuan utama mencapai 385.641 ton. Namun, buah Pinang produk Indonesia masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, yaitu biji kering dalam bentuk biji utuh, biji belah maupun irisan kering.

Secara tradisional buah pinang biasa dimanfaatkan untuk memperkuat gigi dan gusi dengan cara dikunyah dengan campuran daun sirih, gambir, dan kapur atau bisa disebut kebiasaan menyirih. Di industri sendiri, buah Pinang digunakan untuk bahan industri, kosmetik, kesehatan dan pewarna bahan tekstil.

Proses pengeringan yang dilakukan masyarakat selama ini dengan cara menjemur buah pinang dibawah terik matahari. Cara tersebut terbukti kurang efektif, karena butuh waktu lama, tempat luas, dan penyinaran matahari yang terus menerus. Selain itu, membuat buah Pinang rentan terkena debu atau bakteri, dan yang terpenting tidak diperoleh tingkat kekeringan dan kadar air yang standar, akibatnya kualitas produk yang dihasilkan menjadi rendah.

Melihat persoalan tersebut, dua orang mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi berupaya mencari solusi. Mereka adalah Ilham Jaenudin dan Ade Ahmad Kosasih, keduanya bekerjasama melakukan penelitian berjudul Pengembangan Sistem Monitoring Suhu dan Kadar Air Berbasis Atmega 2560.

Dari penelitiannya, mereka berhasil membuat alat penguji pengering buah pinang berupa oven mini portable. Ilham mengatakan, alatnya tersebut akan mempermudah pengaturan suhu proses pengeringan buah pinang sekaligus memonitor penurunan kadar airnya. Selain itu, kata dia setelah proses pengeringan selesai akan diperoleh rekaman data prosesnya.

“Tapi alat ini dirancang hanya untuk pengujian, kapasitas pengujiannya maksimal untuk dua butir buah pinang dan bebannya tidak boleh lebih dari satu kilogram,” kata Ilham, Selasa, (27/8/2019).

Selama melakukan penelitian dan merakit alatnya, Ilham dan Ade berbagi tugas. Ilham fokus membangun sistem kontrol alat dari manual menjadi otomatis. Sedangkan Ade kepada rancang bangun alatnya. Menurut mereka, oven mini portable karya mereka seluruhnya menggunakan material yang mudah diperoleh dipasaran. Hal itu, kata dia agar efisien jika kedepan mau dikembangkan.

“Selain harus mudah digunakan, harus mudah diperoleh komponennya. Supaya lebih efisien kalau kedepan mau dikembangkan jadi alat pengering dengan kapasitas besar untuk menjawab masalah pengeringan secara tradisional saat ini,” terang Ade.

Untuk bahan material, Ilham menuturkan alat tersebut dirakit dari material Arduino MEGA 2560, Load Cell 1 Kg, Termokopel Tipe K, Micro SD, Layar LCD TFT 1.8 dan Adaptor. “Setelah penentuan jenis material, selanjutnya proses perancangan alat, proses pemrograman Arduino, proses perakitan alat, dan uji fungsional,” tutur Ilham.

Pada tahap uji fungsional, lanjut Ilham dilakukan sebanyak tiga kali, hasilnya terdapat selisih antara pengukuran load cell dengan alat timbangan digital sebesar kurang lebih empat gram. Sedangkan, selisih perbedaan temperatur suhu yang diatur PDI REX-C100 dengan Termokopel yang di pakai pada sistem rata-rata kurang lebih tujuh derajat celcius. Namun, menurutnya selisih itu tidak mempengaruhi hasil pengujian karena selisihnya sedikit.

“Ketepatan pembacaan berat dan temperatur suhu masih butuh pengembangan lebih lanjut, Insya Allah akan terus dikembangkan agar kedepan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” pungkasnya.

Berita